Jumat, 07 Oktober 2016

TANAMAN PALA TANAMAN PALA Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman perkebunan yang tumbuh baik pada daerah tropis. Tanaman pala merupakan tanaman asli Indonesia karena berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman ini terkenal karena biji buahnya yang tergolong rempah-rempah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Biji dan selaput biji (fuli) merupakan komoditas ekspor Indonesia dan menduduki sekitar 60% dari jumlah ekspor pala dunia (Sunanto, 1993 : 11-13). Tanaman pala dari jenis Myristica fragrans Houtt adalah tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tumbuh dengan baik di daerah tropis, termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis). Di Indonesia dikenal beberapa jenis pala, yaitu : 1) Myristica fragrans Houtt, yang merupakan jenis utama dan mendominasi jenis lain dalam segi mutu maupun produktivitas. Tanaman ini merupakan tanaman asli pulau Banda. 2) M. argenta Warb, lebih dikenal dengan nama Papuanoot alias pala Papua Barat, asli Papua Barat, khususnya di daerah kepala burung. Tumbuh di hutan-hutan, mutunya di bawah pala Banda. 3) M. scheffert Warb. terdapat di hutan-hutan Papua. 4) M. speciosa, terdapat di pulau Bacan. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi. 5) M. succeanea, terdapat di pulau Halmahera. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi. Pala sebagai tanaman rempah-rempah dan sumber minyak atsiri, merupakan tanaman penting, karena dapat menghasilkan minyak aeteris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Kedudukan tanaman pala sebagai bahan penting industri dan sebagai komoditas perdagangan menyebabkan bangsa-bangsa Eropa pada abad pertengahan memperebutkan daerah-daerah sumber penghasil pala di Indonesia. Peranan ekspor minyak atsiri Indonesia cukup besar, terutama dalam rangka peningkatan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan petani, serta pemanfaatan tanah yang kurang produktif. Industri minyak atsiri Indonesia sebagian besar merupakan industri hulu yang menyediakan bahan baku yang langsung diekspor, sedang industri hilirnya yang mulai berkembang berupa industri kosmetik, flavour, dan fragrant. Industri yang belum berkembang adalah industri antara (intermediate), yaitu industri yang menghasilkan barang setengah jadi untuk bahan baku industri hilir (Rukmana, 2004 : 2).
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman perkebunan yang tumbuh baik pada daerah tropis. Tanaman pala merupakan tanaman asli Indonesia karena berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman ini terkenal karena biji buahnya yang tergolong rempah-rempah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Biji dan selaput biji (fuli) merupakan komoditas ekspor Indonesia dan menduduki sekitar 60% dari jumlah ekspor pala dunia (Sunanto, 1993 : 11-13).
Tanaman pala dari jenis Myristica fragrans Houtt adalah tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tumbuh dengan baik di daerah tropis, termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis). Di Indonesia dikenal beberapa jenis pala, yaitu :
1)     Myristica fragrans Houtt, yang merupakan jenis utama dan mendominasi jenis lain dalam segi mutu maupun produktivitas. Tanaman ini merupakan tanaman asli pulau Banda.
2)  M. argenta Warb, lebih dikenal dengan nama Papuanoot alias pala Papua Barat, asli Papua Barat, khususnya di daerah kepala burung. Tumbuh di hutan-hutan, mutunya di bawah pala Banda.
3)  M. scheffert Warb. terdapat di hutan-hutan Papua.
4)  M. speciosa, terdapat di pulau Bacan. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi.
5)  M. succeanea, terdapat di pulau Halmahera. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi.

Pala sebagai tanaman rempah-rempah dan sumber minyak atsiri, merupakan tanaman penting, karena dapat menghasilkan minyak aeteris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Kedudukan tanaman pala sebagai bahan penting industri dan sebagai komoditas perdagangan menyebabkan bangsa-bangsa Eropa pada abad pertengahan memperebutkan daerah-daerah sumber penghasil pala di Indonesia. Peranan ekspor minyak atsiri Indonesia cukup besar, terutama dalam rangka peningkatan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan petani, serta pemanfaatan tanah yang kurang produktif. Industri minyak atsiri Indonesia sebagian besar merupakan industri hulu yang menyediakan bahan baku yang langsung diekspor, sedang industri hilirnya yang mulai berkembang berupa industri kosmetik, flavour, dan fragrant. Industri yang belum berkembang adalah industri antara (intermediate), yaitu industri yang menghasilkan barang setengah jadi untuk bahan baku industri hilir (Rukmana, 2004 : 2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar